https://mediumindonesia.com/pastikan-program-sijagai-pemkab-pangkep-berjalan-maksimal-bupati-myl-besuk-langsung-warganya/

Download Buku Panduan Satuan Karya Pramuka Saka Kalpataru

Assalamu’alaikum wr wb

Salam Pramuka !!!

Salam semangat untuk kakak kakak semua  kali ini admin akan berbagi Buku Panduan Satuan Karya Pramuka Saka Kalpataru
Berikut Sampulnya

eqgqegh

Sumber

Peria Pejuang Merindukan Senyuman

cropped-post_50-copy.png

Malam yang begitu gelap disinari cahaya bintang menemani Sang Pejuang Menemukan Senyuman yang dirindukannya, Malam itu sang pejuang  berharap Setiap Hari saat dia bangun dari tidurnya dia melihat senyuman yang selama ini dia rindukan, seragam hitam putih yang dia kenakan terihat polos dengan seyumannya manis saat dia duduk di di suatu tempat yang kini hanya menjadi kenangan.

Akankah Sang pejuang menemukan senyuman yang dirindukannya dan membawanya  sampai pada Akhir hayatnya.?

Hanya tuhan tempat dia mengadu dan haya tuhan yang bisa menolonya mengembalikan senyuman yang dia rindukan sampai pada akhirya dia menjadikan dia senyuman yang abadi yang mampu melahirkan cinta yang abadi dikat dengan ikatan yang kuat. harapan besar yang menjadikan sang pejuang harus berjuang keras agar tidak terjatuh dari harapan yang sudah semakin tinggi.

Jika keyakinan adanya kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini terpatri, sungguh tidak akan ada ruang bagi kita untuk berhenti berharap

HIDUP manusia bisa diibaratkan sebatang rokok. Api rokok adalah semangat yang membutuhkan waktu untuk membakar batang rokok. Abu rokok adalah kegagalan yang jatuh ke bawah dalam upaya mengeluarkan asap rokok yang membumbung tinggi ibarat sebuah cita-cita. Begitulah manusia hidup, butuh waktu, punya semangat, dan kadangkala mengalami kegagalan dalam menggapai cita-citanya. Tidak ada kesuksesan hidup yang digapai secara instan.

Untuk menggapai cita-cita, tujuan, atau harapan dalam hidupnya manusia senantiasa berusaha (ikhtiar). Agar usahanya terasa maksimal, dibuatlah berbagai program, target, atau langkah-langkah yang ditempuh. Namun kenyataan hidup mengajarkan, apa yang dilakukan kadangkala tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Usaha tidak sebanding dengan hasil yang diinginkan. Rencana dan target kehidupan, hasilnya jauh diluar perkiraan. Inilah yang kita sebut dengan satu kata: kegagalan!

Memaknai Kegagalan

Kegagalan adalah bukti bahwa manusia memiliki keterbatasan dan kelemahan. Manusia hanya wajib berusaha tetapi tidak wajib untuk berhasil. Manusia boleh berencana, namun garis (takdir) kehidupan telah punya rencananya sendiri. Di sini, kegagalan dalam hidup mengajarkan satu hal kepada kita, bahwa kita manusia adalah makhluk yang jauh dari kesempurnaan. Yang sempurna hanyalah pemilik diri dan jiwa manusia, dialah Allah SWT.

Di saat kegagalan sebagai akhir dari usaha yang didapatkan, suasana yang menyelimuti diri adalah resah, kecewa, bahkan putus asa. Kondisi saat itu memerlukan tempat kita bersandar, nasihat yang memotivasi, dan kekuatan untuk bangkit kembali. Sehingga harapan-harapan baru muncul sebagai pemantik potensi yang kembali melahirkan aksi. Disinilah rekonstruksi visi sangat penting sekali. Visi hidup, terutama sebagai Muslim sejati, tidak terbatas di dunia ini tapi jauh menembus kehidupan ukhrawi.

Jika keyakinan adanya kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini terpatri, sungguh tidak akan ada ruang bagi kita untuk berhenti berharap atau berputus asa. Karena pergantian waktu senantisa memberi nasihat, bahwa harapan masih ada jika nafas dan kesadaran masih ada. Berhenti berharap, larut dalam alunan keputus-asaan, adalah sebuah dosa dan bentuk mentalitas kekufuran (QS. Yusuf: 87).

Padahal janji Allah SWT terhadap insan yang senantiasa menjaga harapan telah dinyatakan. Allah SWT berfirman:

“Berharaplah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan harapanmu sekalian.” (QS. Almukmin: 60). Allah SWT akan mengabulkan harapan bagi siapa saja yang berharap hanya kepada-Nya (QS. Al Baqarah: 186).

Cara Allah SWT mewujudkan harapan

Persoalannya, yang sering alfa dalam pengetahuan sebagian orang adalah, bagaimana Allah SWT memperkenan atau mewujudkan harapan-harapan itu? Pemahaman terhadap jawaban pertanyaan ini penting, agar terhindar dari prasangka buruk (su’uzzhan) terhadap diri apatah lagi terhadap Allah SWT.

Dalam hadits riwayat Ahmad dan al-Hakim dari Abu Sa’id dijelaskan oleh Rasulullah SAW tiga cara Allah SWT mengabulkan setiap harapan atau do’a hamba-Nya. Dengan catatan, seorang hamba tersebut tidak memutuskan hubungan silaturrahim dan melakukan dosa besar. Cara Allah SWT mengabulkan harapan (do’a) tersebut adalah:

Pertama, harapan itu langsung dikabulkan atau dalam waktu yang tidak berapa lama.
Di antara golongan manusia yang mendapat prioritas cepatnya terkabul harapannya, sesuai dengan beberapa penjelasan hadits Rasulullah SAW yaitu orangtua, orang yang teraniaya, pemimpin yang adil, juga harapan kebaikan dari seseorang kepada orang lain yang jauh dari dirinya. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang Muslim mendo’akan saudaranya yang tidak berada dihadapannya, melainkan malaikat akan berkata: ‘Dan engkau juga mendapatkan yang seperti itu.” (HR. Muslim).

Kedua, harapan itu ditunda di dunia dan menjadi tabungan pahala yang akan diterima di akhirat nanti. Seringkali misalnya, keadilan di dunia sulit didapatkan, namun percayalah keadilan akhirat pasti ada. Pengadilan akhirat tidak pernah pandang bulu bahkan menerima sogokan dalam memvonis kasus kehidupan di dunia. Kesadaran ini seharusnya memupuk optimis atau harapan dalam hidup. Sebab, senantiasa berharap (raja’) atas nikmat dan ridho dari Allah SWT merupakan akhlak yang terpuji yang mampu memupuk keimanan dan mendekatkan diri seorang hamba kepada-Nya. Hasil kebaikan ini senantiasa akan mendapatkan balasannya. Tidak di dunia, di akhirat pasti.

Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan harapan itu. Dengan kata lain, Allah SWT mengabulkan harapan dengan mengganti sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan, yaitu terhindar dari musibah yang seharusnya menimpa kita. Atau mengganti harapan itu dengan sesuatu yang tidak pernah kita harapkan. Mengapa? Karena Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi kehidupan hamba-Nya (QS. Al Baqarah: 216). Sebab, Dia-lah zat yang menguasai yang awal, yang akhir, yang zahir, yang bathin, dan Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al Hadid: 3).

Rencana Allah SWT lebih hebat

Apa yang diharapkan oleh seorang hamba boleh jadi hal itu sesuatu yang buruk baginya. Sebaliknya, apa yang tidak diharapkan boleh jadi itulah yang terbaik untuk kita.

Perhatikanlah firman Allah SWT yang mulia ini.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. (Mengapa?) Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Albaqarah: 216).

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa, rencana Allah SWT terhadap diri kita lebih hebat dari rencana yang kita buat. Oleh sebab itu, logis jika kita dilarang berhenti berharap karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan apapun.

Ada di antara kita, bahkan boleh jadi kita pernah melakukannya. Mengeluh dan dengan tega mengatakan: “Saya tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa lagi dalam hidup ini”.

Padahal, bumi masih gratis untuk kita pijak. Langit tidak dibayar memayungi kita. Oksigen masih tersedia untuk nafas kita. Angin masih kita rasakan hembusannya. Waktu masih tersisa untuk berkarya. Raga masih ada bukti kita nyata. Lalu, pantaskah kita mendustakan nikmat Allah SWT tanpa ada alasan? Allah SWT berulang kali mempertanyakan persoalan ini agar kita senantiasa bersyukur dan berpikir (perhatikan QS. Ar Rahman).

Segalanya Indah

Akhirnya, kehidupan yang kita lalui akan senantiasa bermuara kepada dua hal, yakni bahagia dan kecewa. Begitulah kodrat perasaan manusia. Namun rasa bahagia dan kecewa bisa menjerumuskan manusia ke dalam kubang kemaksiatan bila hal itu tidak disikapi dengan bijak. Karenanya, seorang Muslim harus mampu menjaga keadaan dirinya dalam kondisi apapun untuk senantiasa menumbuhkan ladang kebaikan dan pahala. Caranya, senantiasa berdzikir dengan menjadikan sabar dan shalat sebagai perantara untuk menghadirkan pertolongan Allah SWT (QS. Albaqarah: 153).

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan perkara orang-orang mukmin. Karena segala urusannya merupakan kebaikan. Ketika mendapat nikmat ia bersyukur, karena bersyukur itu baik baginya. Ketika mendapatkan musibah ia bersabar, karena sabar itu juga baik bagi dirinya.”

Dengan kata lain, perkara apapun bagi seorang mukmin sejati, seluruhnya menjadi indah di hati. Semoga Allah SWT membantu kita merealisasikannya dalam kehidupan ini. Insya Allah! Wallaahu a’lam. *

Hidayatullah.com

IMG_20190813_162215 copy

Ketua Dewan Racana Siap Sosialiasikan UKM Racana Bakal-Beda Pada Mahasiswa Baru IAIM Sinjai

BROUSURE RACANA copy

UKM Pramuka Racana Baso Kalak Besar Data siapa melakukan sesilisasi UKM dalam rangka memperkenalkan UKM Pramuka pada Mahasiswa baru tahun Akademik 2019/2020 yang akan dilaksanakan Pada hari Kamis (28/08/2019).

Kegiatan sosialisasi di laksanakan di gedung Auditorium H. Amir Said jln. Sultan Hasanuddin No.20. sosialiasi di ambil Alih oleh Ketua Dewan Racana Putri (Besar Data). Kak Mardiana.

Berdasarkan hasil wawancara dari ketua dewan “Saya baru belajar dan saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk organisasi tercinta Gerakan Pramuka” ungkap Kak Mardiana.

racanagdd

Bergabung dalam lingkaran Tunas yang tumbuh pada jiwa anak pramuka.” Ketika tunas kelapa (bunga nyiur) terlanjur tumbuh dalam jiwamu maka akan menghasilkan buah dan tak akan pernah bisa mati” ungkap kak zumardi salah satu Purna Dewan Racana.

Happy Graduation Mahasiswa IAIM Sinjai.

febri fitria

Setiap mahasiswa setelah melalui proses belajar mengajar dengan tempaan lahir batin, perjalanan selama 8 (delapan) smester dilalui penuh warna, rasa, sampailah pada tahap wisuda suatu prosesi formal dengan atribut khas jubah, toga, samir, pin, ijazah dan transkrip nilai.

Wisuda sebagai pelepasan para sarjana baru yang telah menyelesaikan proses perjuangan, melewati berbagai tantangan dan hambatan serta harapan. Rasa bangga, lega, ceria, plong, terbebas, terlepas dari kegiatan kuliah dan tugas dosen terpancar di wajah setiap wisudawan dan Wisudawati.

Menyandang gelar sarjana bidang ilmu yang digeluti dengan segala kewajiban dan hak yang melekat, sebagai pertanggungjawaban kepada orang tua yang telah menjadi sponsor tunggal selama kuliah.

Memberi bekal ilmu, bagi orang tua lebih bermanfaat daripada meninggali harta benda yang cepat habis kalau tidak bisa mengelolanya.

Setiap mahasiswa setelah melalui proses belajar mengajar dengan tempaan lahir batin, perjalanan selama 8 (delapan) smester dilalui penuh warna, rasa, sampailah pada tahap wisuda suatu prosesi formal dengan atribut khas jubah, toga, samir, pin, ijazah dan transkrip nilai.

Wisuda sebagai pelepasan para sarjana baru yang telah menyelesaikan proses perjuangan, melewati berbagai tantangan dan hambatan serta harapan. Rasa bangga, lega, ceria, plong, terbebas, terlepas dari kegiatan kuliah dan tugas dosen terpancar di wajah setiap wisudawan/i.

Menyandang gelar sarjana bidang ilmu yang digeluti dengan segala kewajiban dan hak yang melekat, sebagai pertanggungjawaban kepada orang tua yang telah menjadi sponsor tunggal selama kuliah.

Memberi bekal ilmu, bagi orang tua lebih bermanfaat daripada meninggali harta benda yang cepat habis kalau tidak bisa mengelolanya.

Ilmu yang dimiliki untuk masuk di dunia kerja, mempunyai nilai ekonomis yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membeli harta benda yang dibutuhkan.

Wisuda adalah akhir perjuangan sebagai mahasiswa, dan awal perjuangan sebagai warga negara untuk memasuki dunia kerja yang nyata, riil, dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Untuk menang dalam persaingan modalnya bukan hanya mengandalkan ijazah dengan prestasi akademik “cum laude”, namun modal soft skill, juga dibutuhkan.

Diakui, untuk sampai fase wisuda ada proses perjuangan yang tidak ringan, perlu tekad, niat membaja dalam menghadapi persoalan selama menjadi mahasiswa. Bukan sekadar prestasi akademik dan ilmu yang mengasah kenalaran dalam berpikir dan bertindak, prestasi non akademik, lingkungan yang menempa mewarnai sikap, perilaku, para wisudawan.

Perjalanan panjang telah dilalui mahasiswa dalam menjalani kehidupan di kampus dengan kegiatan yang menyita waktu, energi, dana, dan pikiran. Diiringi gelak tawa, bahagia, derai air mata, rasa pilu, sendu menghadapi persoalan yang dihadapi selama kuliah. Semuanya itu menjadi kenangan indah terukir di memori dan sanubari yang suatu saat nanti akan membuka kenangan pada saat acara pulang kampus (reuni). Sungguh sangat menyenangkan dan membanggakan, walau sederet jabatan, pangkat, gelar melekat, semua akan terlepas saat acara reuni.

Proses perjuangan sudah dimulai sejak menyandang status mahasiswa baru, diawali pengenalan kampus, kuliah, mengerjakan tugas dosen, UTS, UAS, KKN, membuat proposal, menulis skripsi, semua itu dengan lika liku, usaha, kerja keras, dan doa restu dari orang tua yang mengalir setiap saat.

Kerja keras tidak pernah mengkhianati, hasilnya adalah kelulusan dengan indeks prestasi cum laude, sangat memuaskan, memuaskan, lulus tepat waktu sebagai buah yang dapat dipetik dan dinikmati.

Apapun hasilnya, merasakan wisuda yang disaksikan orang tua, kerabat, teman seperjuangan adalah sesuatu yang patut dibanggakan, rasa lega, terbebas dari rutinitas kuliah dan tugas dosen yang kadang penuh dengan perjuangan untuk memahami ilmu yang dipelajari.

Euforia kelulusan dapat dirasakan saat wisuda, memakai toga dengan kucir yang sudah dipindahkan posisi dari kiri ke kanan, dengan dihadiri oleh orang tua, pacar, kerabat.

Perjuangan selanjutnya telah menanti, setelah wisuda, memasuki tangga perjuangan di dunia kerja. Wisuda juga sebagai pembuktian, seberapa ilmu dari para dosen itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan dengan persaingan yang semakin ketat.

Kemana para wisudawan itu berlabuh untuk mendedikasikan dan mengabdikan ilmunya. Bekerja sebagai PNS, BUMN, perusahaan multinasional, wiraswata, atau melanjutkan kuliah S2, semuanya pilihan itu ada kewajiban, hak, resiko, dan plus minusnya.

Era globalisasi ini diperlukan para lulusan dari perguruan tinggi yang berkualitas unggul, mempunyai kompetensi tinggi, berkarakter, berbudi pekerti, dan mempunyai kecerdasan secara intelektua, emosional, dan spiritual secara seimbang.

Perjuangan masih panjang bagi para wisudawan, jangan terlena dengan euforia selempang tulisan “cum laude“, walau diakui untuk mendapatkannya super sulit, penuh perjuangan dengan derai airmata, cucuran keringat, dan curahan pikiran, tenaga, biaya dan doa. Semua itu akan teruji dalam memasuki dunia kerja, sekaligus sebagai pembuktian dari perolehan selempang “cum laude”.

Beban dan tanggung jawab secara moral pastinya berbeda dengan predikat di bawahnya (sangat memuaskan, memuaskan). Tantangan, hambatan, perjuangan di dunia kerja berbeda dengan ketika masih kuliah.

Ilmu yang dimiliki “sering” berbeda di dunia kerja, karena rekayasa teknologi, politik, sistem, lingkungan kerja. Naman almamater menjadi “taruhan” karena di pundaknya memikul nama almamater. Oleh karenanya janji almamater wajib menjadi pedoman dalam mendarmabaktikan ilmunya dimana pun bekerja.

Janji almamater bukan sekedar ucapan saat wisuda yang dibacakan dihadapan Rektor, civitas akademika, orang tua para wisudawan, namun janji prasetia kepada diri sendiri, almamater dan Tuhan Yang Maha Esa. Menjungjung tinggi moral, tata susila dalam segala tingkah laku dan perbuatan sesuai dengan yang dituntunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran.

Bekerja dengan segala kemampuan secara jujur, penuh pengabdian dan tanggung jawab. Mendahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa, bangsa diatas kepentingan pribadi, suku dan golongan. Senantiiasa menjunjung tinggi kehormatan almamater dan guru-guru kami.

Oleh karenanya para wisudawan mempunyai tanggung jawab moral untuk mengharumkan nama baik almamater yang merupakan representasi almamater.

Wajib bagi para wisudawan untuk melakukan inovasi, daya kreatifitas itu menjadi “tenaga muda dengan pemikiran segar”, mempunyai idealisme yang tinggi.

Percayalah para wisudawan yang mempunyai kompeten tinggi, dengan kemampuan soft skill yang memadai, menjadi “incaran” bagi perusahaan-perusahaan yang bonafit, sehingga di era diskrupsi para lulusan baru tidak perlu mencari dan melamar pekerjaan, karena pekerjaan itu akan datang dengan sendirinya, pada orang-orang yang gigih, tangguh, kuat, dan cepat beradaptasi.

Euforia kelulusan dapat dirasakan saat wisuda, memakai toga dengan kucir yang sudah dipindahkan posisi dari kiri ke kanan, dengan dihadiri oleh orang tua, pacar, kerabat.

Perjuangan selanjutnya telah menanti, setelah wisuda, memasuki tangga perjuangan di dunia kerja. Wisuda juga sebagai pembuktian, seberapa ilmu dari para dosen itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan dengan persaingan yang semakin ketat.

Kemana para wisudawan itu berlabuh untuk mendedikasikan dan mengabdikan ilmunya. Bekerja sebagai PNS, BUMN, perusahaan multinasional, wiraswata, atau melanjutkan kuliah S2, semuanya pilihan itu ada kewajiban, hak, resiko, dan plus minusnya.

Era globalisasi ini diperlukan para lulusan dari perguruan tinggi yang berkualitas unggul, mempunyai kompetensi tinggi, berkarakter, berbudi pekerti, dan mempunyai kecerdasan secara intelektua, emosional, dan spiritual secara seimbang.

Perjuangan masih panjang bagi para wisudawan, jangan terlena dengan euforia selempang tulisan “cum laude“, walau diakui untuk mendapatkannya super sulit, penuh perjuangan dengan derai airmata, cucuran keringat, dan curahan pikiran, tenaga, biaya dan doa. Semua itu akan teruji dalam memasuki dunia kerja, sekaligus sebagai pembuktian dari perolehan selempang “cum laude”.

Beban dan tanggung jawab secara moral pastinya berbeda dengan predikat di bawahnya (sangat memuaskan, memuaskan). Tantangan, hambatan, perjuangan di dunia kerja berbeda dengan ketika masih kuliah.

Ilmu yang dimiliki “sering” berbeda di dunia kerja, karena rekayasa teknologi, politik, sistem, lingkungan kerja. Naman almamater menjadi “taruhan” karena di pundaknya memikul nama almamater. Oleh karenanya janji almamater wajib menjadi pedoman dalam mendarmabaktikan ilmunya dimana pun bekerja.

Janji almamater bukan sekedar ucapan saat wisuda yang dibacakan dihadapan Rektor, civitas akademika, orang tua para wisudawan, namun janji prasetia kepada diri sendiri, almamater dan Tuhan Yang Maha Esa. Menjungjung tinggi moral, tata susila dalam segala tingkah laku dan perbuatan sesuai dengan yang dituntunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran.

Bekerja dengan segala kemampuan secara jujur, penuh pengabdian dan tanggung jawab. Mendahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa, bangsa diatas kepentingan pribadi, suku dan golongan. Senantiiasa menjunjung tinggi kehormatan almamater dan guru-guru kami.

Oleh karenanya para wisudawan mempunyai tanggung jawab moral untuk mengharumkan nama baik almamater yang merupakan representasi almamater.

Wajib bagi para wisudawan untuk melakukan inovasi, daya kreatifitas itu menjadi “tenaga muda dengan pemikiran segar”, mempunyai idealisme yang tinggi.

Percayalah para wisudawan yang mempunyai kompeten tinggi, dengan kemampuan soft skill yang memadai, menjadi “incaran” bagi perusahaan-perusahaan yang bonafit, sehingga di era diskrupsi para lulusan baru tidak perlu mencari dan melamar pekerjaan, karena pekerjaan itu akan datang dengan sendirinya, pada orang-orang yang gigih, tangguh, kuat, dan cepat beradaptasi.

Mahasiswa IAIM Gondrong, Miskin, dan Kritis.

AssalamauAssala warahmatullahi wabarakatuh.

color_pop1529233414.jpg

Berbicara tentang pencemaran atau sebuah cerita yang terkadang menjadikan kita orang yang terjerumus dalam kebohongan, sebuah tulisan yang saya temukan pada artikel wordpress yang membangkitkan semangat dan dan ide untuk memilih sebuah kata yang kurangkai menjadi kalimat sampai terbentuk paragraf yang menceritakan kebenaran.

Kebetulan saya cuman mahasiswa biasa yang melanjutkan pendidikan dikampung saya sendiri. Namun hal itulah yang membuat saya banga kulihat Di Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai.

Karena ada sesuatu hal yang sedikit merusak kebanggan saya maka saya sebagai mahasiswa IAIM Sinjai Angkat Bicara.

 

Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah dasar keberangkatan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, itulah dalil dari nurani reformasi.

“semisal yang ada di perguruan tinggi yang cenderung berlaku diskriminatif terhadap mahasiswa yang mencoba menghidupkan suara-suara kritis, (Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998, pasal 1, angka 1).”

https://rumahsinjai.wordpress.com/2019/05/30/selamat-datang-calon-mahasiswa-baru-jangan-kuliah-di-iaim-sinjai/

Tak ada kampus yang melarang mahasiswanya untuk keritis, Bahkan pihak lembaga Bangga karena jiwa kritis itu tumbuh pada diri Mahasiswa IAIM. hanya saja, menempatkan jiwa kritis itu tidak sesuai tata kerama dan aturan menyampaikan pendapat.

Menyampaikan pendapat itu boleh tapi jangan memaksakan kehendak dan jangan menyinggung perasaan orang lain.

Apalagi dengan mengubah makna nama kampus yang kemudia di sebarkan di dunia Maya. Masalah di dunia nyata jangan di besarkan di dunia Maya karena pasti akan ada pro dan kontra semua orang berbeda penilaiannya terhadap Apa yang dilihat oleh mata dan apa yang di dengar oleh telinga.

fb_img_15591905324489691508555137608481214.jpg

IAIM Sinjai. Bukanlah Institut Anti Individu Miskin melainkan Perguruan Tinggi yang mengajak pada kebaikan mencegah pada kemungkaran.

Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai Anti Orang Orang yang serakah. Saya akan menjelaskan juga tiga poin yang tertera pada gambar di atas.

1 Tidak Gondrong.

IAIM Sinjai adalah kampus Muhammadiyah Yang memiliki Visi Islami Prosif Dan kompetitif

Bukannya mahasiswa di larang Gondrong, cuman pihak lembaga mencoba untuk berpenampilan rapi selayaknya mahasiswa yang akan menjadikan kampus sebagai tempat untuk menuntut ilmu bukan mentut aturan lembaga Yang sudah ada sebelum kamu lahir.

2 Tidak Kritis

Wah ini luar biasa masa mahasiswa dilarang keritis. Selama saya kuliah umum yang paling pertama di ajarkan kepada saya ilmu tentang bagaimana menjadi mahasiswa yang keritis dalam materi yang di bawakan oleh Bapak Dr. Ismail M.Pd.

Dimana di mengajarkan teknik olah vokal dan teknik menyampaikan pendapat di depan umum. Sehingga sampai pada hari ini saya terlahir sebagai mahasiswa yang kritis.

3 Tidak Miskin

Saya mahasiswa IAIM Sinjai mengakui bahwa pembayaran uang fainal yang berjumlah 80.000 itu mahal. Karena memang pada dasarnya ilmu itu mahal.

Selama saya menjadi mahasiswa di iaim saya mendapatkan Beasiswa selama 2 semister selah itu SPP saya nunggak jadi saya harus berkomunikasi Bapak wakil rektor dan ketua prodi saya agar saya bisa tetap lanjut kuliah tampa membayar SPP. Cuman Rasa malu memang muncul tapi mau di apa.

Pada waktu itu saya di berikan rekomendasi lanjut kuliah sebelum membayar SPP saya punya adik yang juga kuliah di IAIM orang tua saya tidak sanggup membayar SPP pada waktu yang bersamaan. Persoalan uang Fainal saya pernah tidak ikut Fainal Karena Persoalan Pembayaran. Saya juga protes, yang saya protes adalah solusinya apa ketika ada mahasiswa yang tidak membayar uang Fainal. Yah solusinya Ujian susulan.

80.000 kamu bayar agar bisa membuat kamu tau sampai dimana tingkat pengetahuan mu. Pesan saya jangan pernah Membandingkan harga barang di toko sebelah dengan toko di tempat kamu belanja karena itu akan menimbulkan hal negatif.

Padi di tanam oleh petani, kopi di tanam oleh tukang kebun. Ilmu ditanam Oleh mereka yang sadar akan kehidupan dunia. Pertanyaannya adalah apakah petani dan tuakan kebun tidak menanam ilmu.?

Berbanggalah kalian yang orangtua-nya seorang petani karena karena sesungguhnya Allah maha besar,

“Tuhan tidak sekejam itu, tapi mengapa hambanya begitu zolim, dan serakah melihat sesamanya, meskipun itu perasoalan perut buncit tapi setidaknya sayangilah rakyat, dan lihatlah dan sayangi rakyat, serta wadahilah hak-hak rakyat sesuai prinsip berdemokrasi yang baik.”

Dia tahu bahwa Tuhan tidak sekejam itu, tapi beliau mencela ciptaan Tuhan. Jangan engkau menyampaikan kalimat yang bermakna secara umum. Rasul Rasul Allah juga termasuk hamba janganlah.

Pesan saya

“jangalahengkau memelihara kebancian karena itu akan melahirkan kehancuran”

Wahai engkau anak petani, orang desa, orang yang tak punya apa-apa selain isi kepala, dan kesadaran tentang penyebab kemiskinan rakyat. Negara, Agama, Pendidikan Pemerintahan, dan Hukum, telah menyatakan dengan tegas, bahwa tidak ada yang berpihak kepada rakyat. Semoga suatu saat engkau menjadi pemimpin, maka dari itu belajarlah memimpin kebaikan pada dirimu jangan di pimpin oleh kebencian.

Bukan hanya karena engkau berdemonstrasi menyampaikan aspirasi menuntut hak (Sebagaimana pasal 28E), semisal menolak pembayaran mahal, dan meminta agar mahasiswa dilibatakan dalam pembuatan kebijakan agar mahasiswa tidak menjadi kambing hitam di tengah pergolakan Institut yang hendak menjadi Universitas tapi karena perlakuan yang merusak nama baik perguruan tinggi. Andaikan engkau sabar mengahadapi mereka kemungkinan besar mereka akan mempertahankan engkau. Dan perlu engkau tau kamipun pernah terancam Drop Out karena perlakuan kami terhadap lembaga, Tapi kita selesaikan masalah dengan baik.

Ketika  engkau Mengatakan “Hanya secuil persoalan Nasib anak bangsa harus dicabut dari layanan akses pendidikan, itu bukan Keinginan Lembaga tapi keputusan.

Bukannya tidak ingin mencerdaskan tapi merekalah yang mengengeluh dan tidak tau bersyukur akan nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Saya mengabarkan dengan hati yang menolak tunduk pada kemunafikan, “Jangan Kuliah di IAIM Sinjai”, karena kalian tidak akan menjadi sosok manusia yang diinginkan oleh zaman, melainkan kalian akan menjadi jalan mulus para birokrat memperkaya simbol, dan individu mereka.

Kata kata inilah yang membuat saya bersemangat menulis bebagai kalimat. Silahkan cermati kalimat kalimat di atas apakah kalimat itu tercipta karena kekecewaan semata ataukah karena bukti yang nyata bahwa lulusan IAIM tidak di Inginkan Oleh Zaman.?

Ingat keberhasilan itu bukan karena temapat dimana kita menuntut ilmu tapi karena Bersungguh Sungguh.

 

Man Jaddah Wajadah.

Zumardi

IMG-20190412-WA0004IMG-20190408-WA0002.jpgIMG-20190408-WA0003.jpgIMG_20181130_153559.jpg

IMG_20190315_160344

 

Berhenti Menjadi Gelas, Jadilah Danau

sunset-gunung-bromo copy.png

Perjalanan Hidup adalah teka-teki yang tidak selalu menyenangkan, dan permainan hidup adalah apa yang Anda lakukan, dan tidak ada yang tetap atau sama.

Hidup dapat menguji keberanian Anda, kekuatan batin Anda untuk bertahan. Dapat juga menguji mental Anda, hidup adalah tantangan pasti, hidup adalah petualangan yang menyenangkan.

Hidup bisa menjadi perjalanan yang bergelombang, berbatu dan penuh liku. Tetapi hidup adalah apa yang Anda lakukan, Anda tidak perlu “bagaimana” dan “apa” panduan Hidup, tetapi hidup harus selalu memiliki tujuan pasti dan jelas.

Hidup bisa mencerahkan tetapi juga bisa meredupkan, Hal ini tentu menjadi kesempatan yang mengebu-gebu. Tetapi itu tergantung pada Anda, jangan pernah menyerah Karena hal-hal tidak berjalan seperti yang Anda harapkan, Hanya perlu kesabaran dan kesadaran serta tetap fokus pada impian Anda setiap hari dan setiap saat.

Perjalanan Hidup kita akan menyenangkan apabila di barengi dengan iman yang kuat, rasa syukur, tulus ikhlas, serta amal kebaikan, pengatahuan dan keterampilan yang cukup.

Mary McCarthy berkata :
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.

Ketika itu seorang Ayah dan putranya sedang ngobrol, Ayah mendengar putranya selalu mengeluh tentang segala macam persoalan, kepahitan hidup dan sebagainya yang dia rasakan. Dan Ayah berusaha untuk menjelaskan dan menasehati putranya. Setelah beberapa lama Ayah nya berusaha untuk menjelaskan, tetapi putranya tetap saja mengeluh.
Akhirnya, Ayah meminta putranya untuk mengambil segenggam garam dan satu gelas air minum. Ketika putranya kembali, Ayah memintanya untuk memasukan segenggam garam ke dalam segelas air dan mengaduknya lalu kemudian meminumnya.
“Bagaimana rasanya” tanya Ayah. “Asin sekali” jawab putranya sambil meludah. Ayah tersenyum dan kemudian meminta putranya untuk mengambil segenggam garam yang sama dan membawanya berjalan ke danau.
Keduanya berjalan dalam diam ke danau di dekat tempat mereka, dan setelah sampai Ayah meminta putranya untuk memasukan garam ke dalam danau, kemudian mengaduk- aduk garam tadi di dalam air.
Ayahnya berkata, “Sekarang minumlah air dari danau itu.” Ketika putranya meminum air itu, airnya menetes sampai ke dagu pemuda itu, kemudian Ayahnya bertanya lagi “Bagaimana rasanya”. “Segar sekali,”:8 kata putranya. “Apakah kamu merasakan asin” tanya Ayah. “Tidak,” kata putranya .
Sang Ayah duduk di samping laki-laki muda yang wajahnya terlihat serius, yang mengingatkannya pada dirinya sendiri ketika masih muda, kemudia berkata: “Rasa sakit kehidupan adalah garam murni, Tidak lebih, tidak kurang” kata Ayahnya.
“Jumlah rasa sakit, kepahitan dalam hidup adalah tetap dan sama persis. Namun, jumlah rasa sakit dan kepahitan yang kita rasakan tergantung pada wadah dimana kita menempatkan rasa sakit itu.
Jadi, ketika Anda merasakan kesakitan, kepahitan dan sebagainya, satu- satunya hal yang dapat Anda lakukan adalah memperbesar iman, perasaan bahagia, senang dan kebijaksanaan Anda.
Jadikan iman, rasa bahagia sebagai wadah yang besar, kemudian tempatkan segala macam permasalahan ke dalamnya, mulailah menjadi bijaksana dalam menghadapi segala macam persoalan.
Berhentilah menjadi gelas, jadilah sebuah danau.”

ORANG SUKSES VS ORANG GAGAL | Motivasi Merry | Merry Riana

cropped-1-67c4dd1bb4-copy-1-2.jpg
“Nggak Ada Kata Terlambat Asalkan Kamu Punya Niat”. (Merry Riana) Setiap dari kamu pasti ingin sukses, walaupun definisi sukses setiap orang pasti berbeda-beda, namun tahu nggak sih? Bahwa orang sukses dan orang gagal itu ternyata ada polanya lho.. coba kita lihat kira-kira kamu termasuk yang mana?,. #MerryRiana #SpokenWord Video ini juga bisa kamu tonton melalui Facebook saya di link berikut: https://www.facebook.com/MerryRiana/ Pastikan kamu sudah like dan follow ya, 🙂 Bagi kamu pengguna spotify ini juga available di spotify lho, follow melalui link berikut ya 🙂 http://bit.ly/Merry-Riana-Spotify untuk mendapatkan Merchandise menarik bisa kunjungi link berikut: https://merryriana.com/merchandise/ Any inquiries email to: admin@merryriana.com or call 021 – 5010 0576 / HP: 0822 3603 1694 (Admin) Follow saya di: SUBSCRIBE (UPDATE VIDEO TERBARU): http://www.youtube.com/user/merryrian… INSTAGRAM: @merryriana | https://instagram.com/merryriana/ TWITTER: @merryriana | https://twitter.com/merryriana/ FACEBOOK: Merry Riana | https://www.facebook.com/MerryRiana/ SPOTIFY: Merry Riana | http://bit.ly/Merry-Riana-Spotify WEBSITE: http://www.MerryRiana.com

Kehangatan Cinta

IMG_20181106_171701.jpg

USIA perrsahabatan boleh bertambah tua, tapi kehangatan cinta tak boleh pudar selamanya. Kehangatan cinta harus senantiasa terpelihara demi keutuhan dan kebahagiaan persahabatan kita hingga masuk surga.

Sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu, kadangkala persahabatan kita kurang peka terhadap persoalan cinta. Padahal, Rasulullah adalah sosok pemimpin yang pandai memelihara kehangatan cinta.

Kita sebgaia laki laki mungkin memang bergerak dalam wilayah yang cukup serius, menyita pikiran, tenaga, waktu dan mungkin juga menguras emosi.

Tetapi, bagaimana pun, kehangatan cinta terhadap seorang perempuan yang tangguh tidak boleh terganggu oleh masalah apa pun. laki laki harus bisa menjadikan suasana cinta persahabatan tetap seperti hari pertama memulai persahabatan yang hangat, yang penuh gelora dan asa.

Rasulullah adalah sosok yang sangat mengerti masalah ini. Beliau tidak segan-segan meminta sang istri untuk menyelimuti dirinya kala dalam kegelisahan dan keguncangan jiwa. Bahkan, beliau rela meluangkan waktu untuk bermain dengan istrinya. Aisyah pernah diajak Nabi lomba lari dan melihat-lihat pertunjukan permainan pedang.

Pun demikian dengan pihak perempuan. ‘Agresivitas  perempuan dalam memelihara kehangatan cinta sungguh sangat diperlukan sebagai pemicu sekaligus pemacu rasa cinta dari sang laki laki, sehingga tercipta ketentraman dalam berumah tangga. Dalam konteks wanita telah menjadi istri, agresivitas dalam urusan cinta sangat dianjurkan.

Kadangkala, istri juga tidak terkira lelahnya mengurus rumah tangga, belum lagi mereka yang ikut membantu mencarimaisyah untuk keluarga. Rasa lelah kadang kala membuat diri abai dari melayani suami secara semestinya. Meskipun begitu, tetaplah suatu kewajiban pihak istri melayani sang suami dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga akan tercipta sinergisitas cinta dalam rumah tangga.

Hal tersebut mesti diupayakan oleh kedua belah pihak. Karena hakikat diciptakannya lelaki dan wanita yang kemudian disatukan dalam bingkai pernikahan adalah untuk terciptanya rasa tentram antara suami dan istri, sehingga tugas kepemimpinan dan kehambaan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Rum [30]: 21).

Sebagian mufassir mengatakan bahwa disebutkan lafadz litaskunu ilaiha bukan ma’aha menunjukkan bahwa seorang suami tidak tenang kecuali kepada istrinya. Begitu pula sebaliknya, istri pun tidak tenang, tidak tentram, kecuali bersama suaminya. Berarti, ada interaksi saling membutuhkan.

Artinya harus ada rasa saling memahami, peduli dan melindungi. Suami benar-benar menjaga dan menafkahi istri dan anak-anaknya. Sementara istri tidak menuntut diluar batas kemampuan sang suami. Sebab perilaku tersebut, selain akan mengganggu kehangatan cinta juga akan berdampak serius di akhirat kelak.

Rasulullah bersabda, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah. Karena diperlihatkan kepadaku bahwa kalangan wanita itulah penduduk neraka yang paling banyak.” Mereka (para wanita itu) berkata, “Dengan sebab apakah wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.” (HR. Bukhari).

Para Suami, Bersabarlah!

Sementara itu, terhadap pihak suami, Allah memerintahkan untuk bersabar, manakala menjumpai hal-hal atau sifat dari istri yang kurang mengenakkan hati. Hal tersebut sudah menjadi bagian dari tabiat sebagian besar wanita. Jadi sabar dan berlapang dada solusinya.

 “..dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. Al-Nisa: 19).

Dengan membangun sikap seperti itu, Insya Allah kehangatan cinta akan selalu terjaga dan kian membara, sehingga tidak ada peluang setan untuk memalingkan cinta pada apa yang sebenarnya hanya berupa fatamorgana belaka. Sungguh, jika nikmat pernikahan bisa dipahami secara benar segala macam keutamannya, maka sungguh tidak akan ada yang namanya perselingkuhan.

Bersama Bangun Kemesraan

Dalam logika materialisme, sesuatu yang telah lama dimiliki pasti tidak memberikan daya tarik dan daya tahan secara maksimal. Umumnya hati semakin biasa dan pada akhirnya akan jemu. Tetapi, dalam urusan cinta, Islam tidak mengenal logika dangkal semacam itu.

Semakin panjang usia pernikahan pasangan, maka semakin besar dan indah perjalanan cintanya. Hal itulah yang dialami oleh Rasulullah bersama Khadijah. Bagaimana rasa cintanya tak bisa dipadamkan hanya karena ajal yang memisahkannya.

Rasulullah benar-benar tidak bisa melupakan kemesraan, kebaikan, kemuliaan bahkan kesantunan sang istri kepadanya. Sampai-sampai, para istri Nabi cemburu dibuatnya.

Begitulah semestinya setiap pasangan Muslim menjalani kehidupan rumah tangganya. Fisik boleh tak sekencang usia muda, wajah tak secantik awal berjumpa, tetapi hati semakin bening, jernih dan indah seiring bertambanhya usia.

Apalagi, setiap kemesraan dalam Islam mendatangkan keuntungan dan penghapusan dosa. Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk tidak bermesraan dengan pasangan.

Rasulullah bersabda, “Dari Abu Sa’id Al Khudry ra, “Sesungguhnya jika seorang lelaki memandang istrinya dan istri memandangnya, maka Allah memandang keduanya dengan pandangan rahmat. Jika dia memegang telapak tangan istrinya, maka dosa keduanya berjatuh dari sela-sela jari mereka berdua.”

Duhai, betapa indahnya ajaran Islam mengatur kehidupan rumah tangga. Lantas, masihkah ada rasa tidak tertarik untuk bersungguh-sungguh menghapus dosa dengan amalan yang sungguh menenangkan jiwa dan raga tersebut? Bayangkan, semakin mesra semakin besar pahala.

Sayang dan Taatlah pada Suami

Kemesraan pasangan akan semakin baik manakala pihak istri memiliki keimanan dan kecerdasan dalam menjaga kehangatan cinta bersama suami, salah satunya adalah dengan mentaati suaminya.

Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah bersabda, “Apabila seorang wanita melakukan sholat yang lima waktu, memlihara kemaluan, dan menaati suami, niscaya diaa akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR. Ibn Hibban).

Mungkin, taat pada suami dalam kondisi normal tidak begitu sulit. Bagaimana jika ada masalah atau suami sedang marah dengan istri?

Ini jawabannya, Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah bersabda,

“Maukah kalian aku beritahu tentang wanita penghuni surga?” Kami menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Setiap wanita yang penyayang dan banyak anak, bila dipancing kemarahannya, dicurangi, atau dimarahi oleh suaminya, dia berkata, “Ini tanganku (silakan pukul) dan aku akan mematuhimu, aku tidak akan memejamkan mata hingga kamu rela padaku.” (HR. Thabrani).

Sungguh, betapa indah Islam mengajarkan kemesraan suami istri demi keberkahan dan kebahagiaan rumah tangga. Suami mana yang akan marah pada istri yang Rasulullah sebutkan sebagai wanita penghuni surga itu? Yang ada adalah, suami akan semakin cinta, sayang dan mesra bersama istrinya. Tidakkah kita mendambakan ini semua?

 

Belajar Hubungan Emosional

Dalam menjalani hubungan, Anda tidak hanya perlu mengenal pasangan secara pribadi. Namun, perlu memiliki sebuah ikatan yang lebih kuat dari sekadar status, yakni emosional. Dengan memiliki ikatan secara emosional, Anda akan lebih mudah memahami satu sama lain sehingga tidak perlu ada drama ketika menghadapi masalah. Anda pun menjadi lebih leluasa untuk mengembangkan diri sendiri meski sudah memiliki pasangan.

Dilansir dari Boldsky.com pada Jumat (29/12/2017), banyak tanda yang bisa Anda pelajari untuk mencari tahu apakah sudah terhubung dengan pasangan secara emosional atau belum. Penasaran?

1. Anda tidak tertarik pada pasangan hanya karena penampilan

Mungkin ada beberapa momen di mana pasangan Anda terlihat lebih menarik. Namun, sebenarnya Anda selalu jatuh cinta pada pasangan Anda setiap saat, tak peduli dia belum mandi atau tidak makeup. Ini menjadi tanda bahwa Anda telah terhubung dengan pasangan secara emosional. Karena Anda menghargai pasangan Anda lebih dari sekadar penampilannya. Anda jatuh cinta dengan pasangan secara keseluruhan pribadinya.

2. Komunikasi yang lebih mudah

Ketika bersama pasangan, Anda sering terlalu banyak berpikir apa yang akan Anda katakan. Sebab, takut pasangan Anda menjadi salah paham. Namun, dalam hubungan emosional, Anda tidak akan memperhatikan kata-kata yang digunakan. Anda hanya mengatakan apa yang terlintas di pikiran, dan pasangan akan memahami apa yang Anda katakan sepenunya.

3. Anda menjadi konyol bersamanya

Ketika baru menjalani hubungan, Anda akan cenderung menutupi hal-hal konyol dalam diri Anda, seperti tertawa dengan suara aneh atau kerap kali melemparkan humor garing. Namun, ketika Anda sudah terhubung dengan pasangan secara emosional, Anda tidak perlu jaim (jaga image) untuk menjadi konyol di hadapannya. Terutama dalam kondisi yang lelah, biasanya di situlah banyak hal-hal konyol muncul.

4. Anda menginginkan pendapatnya dalam segala hal

Ketika Anda percaya dan menghormati pasangan, Anda juga akan meminta pendapatnya secara serius. Itu karena Anda tahu bahwa pasangan tidak akan mengarahkan Anda pada sesuatu yang salah. Anda meminta pendapatnya akan segala hal dan sepenuhnya percaya pada pilihan yang ia sarankan.

5. Sepenuhnya percaya padanya

Mungkin Anda pernah mendapatkan saran dari teman untuk tidak memberikan ruang kebebasan bagi pasangan karena takut pasangan selingkuh. Namun, jika Anda mampu membiarkan pasangan Anda menjalani kehidupannya tanpa takut diselingkuhi, Anda sepenuhnya telah percaya padanya. Ini menjadi salah satu tanda bahwa Anda telah terhubung dengannya secara emosional.

6. Suka melakukan apa pun untuk pasangan Anda

Ada kalanya pasangan Anda meminta melakukan sesuatu untuknya. Anda akan dengan senang hati melakukannya meski begitu lelah setelah seharian bekerja. Pasangan Anda pun juga akan melakukan hal apa saja untuk memenuhi keinginan Anda. Ini adalah salah satu tanda bahwa ikatan emosional bersama pasangan cukup kuat. Sebab, ada komitmen yang kuat untuk saling membuat bahagia.

7. Merasa penting ketika bersama

Hubungan emosional yang sesungguhnya adalah di mana Anda bersama pasangan membuat satu sama lain menjadi penting. Terutama ketika sedang bersama. Anda akan meletakkan telepon genggam dan memilih menikmati waktu bersamanya. Saat itu terjadi, Anda akan mendahulukan kebutuhan pasangan daripada kebutuhan Anda sendiri.

8. Bahagia menghabiskan waktu bersama

Berdasarkan penelitian, tubuh Anda akan memproduksi lebih banyak oxytocin yang menjadi hormon bahagia, ketika bersama orang yang terikat secara emosional. Ketika Anda merasa seperti mendapat mood boosterketika bertemu pasangan, bisa dipastikan Anda memiliki ikatan yang kuat secara emosional dengannya.

9. Memiliki intuisi yang kuat tentang satu sama lain

Ketika sudah memiliki ikatan emosional yang cukup kuat, Anda akan tahu apa yang benar-benar diinginkan oleh pasangan Anda. Tanpa perlu menanyakannya kembali, Anda tahu pasti bahwa apa yang dilakukan secara diam-diam untuknya akan membuatnya terkesan.

10. Hidup terasa tak lengkap tanpanya

Ini menjadi tanda yang paling penting dalam hubungan emosional. Anda sering merasa tidak lengkap tanpa pasangan. Anda merasa sedih dan sendiri ketika pasangan Anda berada jauh dari Anda.